Siklus haid perempuan dipengaruhi oleh berbagai macam hormon. Siklus ini dimulai ketika Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus melepaskan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis anterior. FSH menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium yang kemudian akan menjadi matur dan menghasilkan estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel endometrium, yang dikenal sebagai fase proliferasi atau fase folikuler. Estrogen yang tinggi ini memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan LH yang menyebabkan terjadinya ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesteron. Progesteron menyebabkan terjadinya perubahan sekretorik pada endometrium, yang dikenal sebagai fase sekresi atau fase luteal. Fase sekresi biasanya selalu tetap yaitu 14 hari, sedangkan fase proliferasi dapat berkisar 7-21 hari. Konsentrasi estrogen akan meningkat secara bertahap selama fase folikuler dan menyebabkan penebalan endometrium uterus. Peningkatan kadar estrogen menghambat sekresi FSH, dan folikel matur yang sudah ada akan mengalami atresia. Folikel dominan ini akan menghasilkan sejumlah besar estrogen, yang merangsang peningkatan LH. Puncak peningkatan LH mempunyai lebih dari tiga fungsi, diantaranya adalah menghambat produksi estrogen dari sel folikuler, menyebabkan perubahan pada folikel dominan yang akan pecah dan melepaskan ovum (ovulasi), dan membawa folikel yang telahpecah itu ke korpus luteum, menyebabkan sintesis estrogen dan progesteron
Wednesday, November 24, 2010
Infeksi TORCH pada Kehamilan
I. Pendahuluan
Ibu hamil dengan janin yang dikandungnya sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa diantaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak pada janin dengan akibat antara lain abortus, pertumbuhan janin dan sering dikaitkan dengan hal-hal di atas. Besarnya pengaruh infeksi tersebut tergantung dari virulensi agennya, umur kehamilan serta imunitas ibu bersangkutan saat infeksi berlangsung. Infeksi TORCH ialah penyakit infeksi intrauterin atau yang didapat pada masa perinatal; merupakan singkatan dari T = Toksoplasmosis O = other yaitu penyakit lain misalnya sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat ( Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ; R = Rubela (campak Jerman); C = Cytomegalovirus; H = Herpes simpleks. Infeksi Toxoplasma pada trimester pertama kehamilan dapat mengenai 17% janin dengan akibat abortus, cacat bawaan dan kematian janin dalam kandungan, risiko gangguan perkembangan susunan saraf, serta retardasi mental. Infeksi TORCH saat kehamilan trimester berikutnya bisa menyebabkan hidrosefalus dan retinitis. Infeksi rubella erat kaitannya dengan kejadian pertumbuhan bayi terhambat, patent ductus Botalli, stenosis
Tuesday, November 23, 2010
MALARIA DALAM KEHAMILAN
PENDAHULUAN
Infeksi malaria sampai saat ini masih merupakan problem klinik di negara-negara berkembang terutama negara yang beriklim tropik, termasuk Indonesia dimana malaria masih merupakan penyakit infeksi utama di kawasan Timur Indonesia. Infeksi ini dapat menyerang semua kelompok masyarakat, termasuk wanita hamil yang merupakan golongan paling rentan, sehingga penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi, balita dan ibu hamil, sehingga salah satu bagian terpenting dalam upaya pemberantasan malaria adalah penanganan kasus malaria baik ringan maupun berat, oleh karena itu pengembangan manajemen kasus malaria sangat diperlukan agar terjadi peningkatan mutu dalam penatalaksanaan kasus malaria pada semua tingkat pelayanan kesehatan.
Infeksi malaria pada kehamilan sangat merugikan baik bagi ibu dan janin yang dikandungnya, karena dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. Pada ibu menyebabkan anemi, malaria serebral, edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Infeksi malaria pada wanita hamil sangat mudah terjadi karena adanya perubahan sistim imunitas ibu selama kehamilan, baik imunitas seluler maupun imunitas humoral, serta diduga juga akibat peningkatan horman kortisol pada wanita selama kehamilan.
Monday, November 22, 2010
FUNGSI ASAM FOLAT PADA IBU HAMIL
PENDAHULUAN
Pengaruh dari status gizi folat pada berbagai hasil kehamilan telah lama dikenal. Studi yang dilakukan di tahun 1950 dan 1960-an memberikan pengakuan dari suplemen asam folat prenatal sebagai sarana untuk mencegah anemia megaloblastik akibat kehamilan. Dalam 1990-an, kegunaan suplementasi asam folat perikonsepsi dan makanan fortifikasi asam folat muncul ketika terbukti dapat mencegah cacat lahir, termasuk setidaknya 50% dari cacat tabung saraf. Asam Folat merupakan salah satu dari kelompok vitamin B, merupakan zat yang larut dalam air dan cepat rusak bila terpapar panas. Nama folat berasal dari bahasa latin
Folium (artinya daun) yang umumnya mengandung banyak zat folat. Asam folat dapat ditemukan secara alami pada sayuran hijau seperti bayam, brokoli, pok coy, asparagus. Kini asam folat dibuat secara sintetis sebagai suplemen atau ditambahkan sebagai fortifikasi makanan tambahan seperti sereal dan susu. Asam folat disebut juga dengan folacin/ liver lactobacillus cosil factor/ factor U dan factor R atau vitamin B11.
Folium (artinya daun) yang umumnya mengandung banyak zat folat. Asam folat dapat ditemukan secara alami pada sayuran hijau seperti bayam, brokoli, pok coy, asparagus. Kini asam folat dibuat secara sintetis sebagai suplemen atau ditambahkan sebagai fortifikasi makanan tambahan seperti sereal dan susu. Asam folat disebut juga dengan folacin/ liver lactobacillus cosil factor/ factor U dan factor R atau vitamin B11.
Subscribe to:
Posts (Atom)