Thursday, June 24, 2010

KANKER OVARIUM DALAM KEHAMILAN

         Kanker adalah suatu masalah, terutama jika dialami oleh seorang wanita yang sementara hamil, apalagi jika kehamilan tersebut sangat diharapkan Walaupun kanker merupakan penyebab kedua terbanyak penyebab kematian pada usia reproduktif, namun angka kejadian kanker pada wanita hamil relatif jarang ditemukan. Penanganan diagnostik dan terapeutik terhadap wanita hamil sangat sulit dan diperlukan suatu kehati-hatian mengingat menyangkut dua jiwa, ibu dan janin yang dikandungnya.

          Kanker ovarium merupakan salah satu kasus keganasan ginekologik terbanyak yang ditemukan pada wanita hamil setelah kanker serviks dan kanker payudara. Kurang lebih 1 diantara 1000 kehamilan terdeteksi adanya tumor ovarium. Walaupun demikian, kebanyakan massa adneksa yang terdeteksi selama kehamilan bersifat jinak dan dapat mengecil dengan sendirinya pada trisemester kedua. Berdasarkan beberapa data yang ada, mungkin hanya berkisar 3-6% massa adneksa yang terdeteksi selama kehamilan menunjukkan tanda-tanda keganasan. Di Indonesia kanker ovarium sendiri menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. Kanker ovarium merupakan tumor ganas ovarium yang dapat dikelompokkan atas 6 kelompok yaitu: epithelial, sel germinal, stromal and sex-cord, sel lipid, sarcoma dan metastasis karsinoma. Sampai saat ini faktor penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Diduga adanya keterkaitan beberapa faktor antara lain: faktor lingkungan, diet, reproduksi, endokrin dan faktor herediter. Prinsip penanganan kanker ovarium pada wanita hamil sama halnya dengan wanita tidak hamil. Prognosisnya juga tampaknya tidak jauh berbeda pada wanita yang hamil maupun tidak hamil. Anatomi Ovarium Indung telur pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum ovarii (ligamentum infundibulo pelvikum). Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Bagian ovarium yang berada dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika albuginea dan dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan dapat pula dalam tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang ini terisi liquor follikuli yang mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :
a. Kulit (korteks) atau zona parenkimatosa, terdiri dari :
             1. Tunika albuginea, yaitu epitel berbentuk kubik
             2. Jaringan ikat di sela-sela jaringan lain
             3. Stroma, folikel primordial dan folikel de graaf
             4. Sel-sel warthard
b. Inti (medulla) atau zona vaskulosa, terdiri dari:
             1. Stroma berisi pembuluh darah
             2. Serabut saraf
             3. Beberapa otot polos
Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000, antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 tahun hanya 34.000. Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.
 
Fisiologi Ovarium
Ovarium memiliki dua fungsi utama yaitu : 
  1. Fungsi proliferatif (generatif) yaitu sebagai sumber ovum selama masa reproduksi. Di ovarium terjadi pembentukan folikel primer, folikel de graaf, peristiwa ovulasi dan pembentukan korpus luteum 
  2. Fungi sekretorik (vegetatif), yaitu  tempat pembentukan dan pengeluaran hormon steroid (esterogen, progesteron dan androgen).
       Terkait dengan fungsinya, ovarium memiliki siklus yang turut serta dalam  pengaturan haid. Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan  apisan endometrium uterus, sedangkan perubahan endometrium dikontrol oleh siklus ovarium. Rata-rata siklus 28 hari dan terdiri atas : 
1.  Fase folikular
Hari ke 1-8
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan memacu perkembangan  0-20 folikel dengan satu folikel dominan.  Folikel dominan tersebut tampak pada mid-folikuler dan sisa folikel mengalami atresia. Selama dan segera setelah haid kadar estrogen relatif rendah dan mulai meningkat karena terjadi perkembangan folikel.
Hari ke 9-14 
Sesuai peningkatan ukuran folikel, terjadi transformasi folikel primer menjadi folikel de graaf, dimana dikelilingi oleh 2-3 lapis sel granulose yang disebut kumulus ooforus. Sehubungan dengan pematangan folikel, terjadi kenaikan yang progresif dalam produksi esterogen (terutama estradiol) oleh sel granulose folikel. Mencapai puncak 18  jam sebelum ovulasi. Karena kadar esterogen meningkat, pelepasan gonadotropin  FSH dan LH ditekan untuk mencegah hiperstimulasi ovarium dan pematangan banyak folikel. 

2.  Fase ovulasi
Hari ke-14
Ovulasi adalah pembesaran folikel secara cepat yang diikuti oleh protusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan ekskrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus ooforus. Perubahan hormon yang terjadi yaitu :
estrogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan balik positif), segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi progesteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dan mid-cycle surge LH
 
3.  Fase luteal

Hari ke 15-28
Sisa folikel tertahan dalam ovarium dan dipenetrasi oleh kapilar dan fibroblast dari teka. Sel granulose mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama  hormon steroid seks, estrogen dan progesterone disekrei oleh ovarium pada fase pasca ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi progesteron dan  estradiol. Kedua hormon tersebut diproduksi dari prekursor yang sama. Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari ke 26-28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi dan terjadilah haid. Setelah kadar  hormon steroid turun akan diikuti peningkatan gonadotropin untuk inisiasi siklus berikutnya.  Terkait dengan fungsi sekretorik, ovarium membentuk hormon estrogen, progesteron dan sedikit andeogen. Estrogen secara umum berfungsi untuk peningkatan sintesis protein. Terhadap  endometrium, esterogen berfungsi memicu proliferasi dan memperkuat kontraksi otot  uterus. Terhadap serviks, esterogen meningkatkan sekresi getah serviks dan mengubah konsentrasinya pada saat ovulasi menjadi encer dan bening sehingga memudahkan penyesuaian dan memperlancar perjalanan spermatozoa. Terhadap vagina, estrogen menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah dan  meningkatkan kadar glikogen, sehingga terjadi peningkatan produksi asam laktat  oleh bakteri Doderlein. Nilai pH yang
rendah memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi. Terhadap ovarium sendiri, estrogen berfungsi memicu sintesis reseptor FSH dan LH di sel-sel teka, mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapat menembus selubung ovum (proses kapisitasi). 
 Progesteron secara umum berfungsi mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua fungsi progesterone terjadi karena ada  pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron. Terhadap endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik yang mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus haid normal. Bilamana progesteron terlalu lama memperngaruhi endometrium, maka akan terjadi degenerasi, sehingga tidak cocok lagi untuk menerima nidasi. Terhadap serviks pengaruh progesteron, jumlah getah serviks berkurang dan membentuk jala tebal sehingga merupakan  sawar yang tidak dapat dilintasi oleh spermatozoa. Bersamaan dengan itu pula, porsio dan  serviks menjadi sangat sempit, getahnya menjadi kental dan daya membenang menghilang. Terhadap miometrium progesteron menurunkan tonus, sehingga kontraksi berjalan lambat. Dalam kehamilan, fungsi ini sangat penting karena membuat uterus menjadi tenang. Progesterone juga menyebabkan peningkatan suhu badan basal segera setelah ovulasi. Hal tersebut terjadi melalui peningkatan sekresi norepinefrin yang timbul sekunder akibat meningkatnya kadar progesteron plasma terhadap pengaruh termogenik pusat pengaturan panas di hipotalamus.

 Insiden 
Pengunaan ultrasound (USG) dalam pemeriksaan kehamilan telah banyak membantu dalam mendeteksi adanya massa adneksa pada wanita-wanita hamil, namun kebanyakan massa adneksa yang terdeteksi selama kehamilan bersifat jinak. Estimasi insiden tumor ovarium itu sendiri kurang lebih 1 diantara 1000 kehamilan dan hanya sekitar 3%-6% dari massa adneksa  tersebut yang bersifat ganas.  Insiden kanker ovarium dalam kehamilan ditemukan kurang lebih 1 : 15.000 hingga 1: 32.000 kehamilan yang ada. Ueda dan Ueki melaporkan dari 106 kasus massa ovarium yang telah direseksi dari wanita hamil, 29% disebabkan oleh pembesaran fisiologis, 66%merupakan tumor jinak dan hanya 5% yang merupakan kanker ovarium.  Menurut
Burtness Barbara, insiden tumor jinak yang ditemukan 1 diantara 112 kasus,sedangkan tumor ganas ditemukan 1 diantara 1684 kasus.  Penelitian yang dilakukan oleh  Biomed Central, menemukan 603 kasuskanker ovarium selama periode tahun 1991  hingga 2002, 23 kasus diantara dalam 73,9% ditemukan pada stadium awal (stage 1),  masa kehamilan. Rata-rata umur pasien tersebut dari 20-40 tahun. Gambaran histopatologi terbanyak yang ditemukan pada kelompok ini yaitu germ cell tumorsebanyak 11 dari 23  kasus. Kebanyakan kasus kanker ovarium dalam kehamilan didiagnosis pada stadium awal, hal ini  sesuai dengan penelitian oleh BMC yaitu 73,9% ditemukan pada stadium awal (stage 1), dan hanya 17,3% yang ditemukan pada stadium lanjut yaitu stadium 3 dan 4.  Untuk lebih lengkapnya silahkan Download

No comments:

Post a Comment