Dalam lima dekade terakhir, terdapat perkembangan dan kemajuan yang sangat signifikan dalam teknologi kontrasepsi. Pilihan kontrasepsi yang kita miliki hari ini adalah lebih aman dari yang dikembangkan pada tahun-tahun sebelumnya. Semua metode kontrasepsi yang terdapat dipasaran hari ini dihubungkan dengan banyak manfaat kontrasepsi dan non-kontrasepsi yang akan memperbaiki kualitas dan kuantitas gaya hidup pengguna. Kini petugas kesehatan reproduksi juga mulai banyak memperhatikan isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi seperti dismenorea, akne, sindroma premenstrual, penyakit menular seksual, iregularitas menstruasi, gejala-gajala menopause juga masalah infertilitas dan perencanaan kehamilan.Walaupun dengan perkembangan teknologi kontrasepsi dan peningkatan pilihan kontrasepsi yang aman dan efektif di pasaran, kehamilan yang tidak di ingini tetap menjadi suatu isu kesehatan yang signifikan. Lebih dari 2.5 juta kehamilanyang tidak diingini di Amerika Serikat merupakan bagian dari semua kehamilan yang terdapat di US. Sepanjang usia reproduksi, sebanyank 48% wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan terutama dari golongan remaja dan wanita dari golongan miskin.
JENIS-JENIS KONTRASEPSI PROGESTIN
Kontrasepsi Oral Progestin-Only (“Mini-pills”)
Progestin-only pills (POPs) seringkali dikenal sebagai mini-pill. Kontrasepsi jenis ini hanya mengandungi 35-75% kadar progestin dari kadar total yang sering didapatkan pada pil-pil kombinasi sehingga ia perlu dikonsumsi secara berterusan tanpa adanya interval “bebas pill”. Efektivitas kontrasepsi jenis ini umumnya sama dengan efektivitas pil kombinasi. Yang penting dan harus diperhatikan dalam pengunaan pil mini ini adalah ia harus diminum pada waktu yang sama setiap hari. Kegagagalan untuk patuh pada aturan ini menjelaskan tingginya angka kegagalan kontrasepsi yang pernah dilaporkan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Penggunaan kontrasespi progestin oral biasanya dihubungkan dengan timbulnya bercak-bercak atau perdarahan namun dengan efek samping yang sangat minimal.
Walaupun penelitian mengenai kontrasepsi jenis ini tidak sebanyak penelitian yang dijalankan terhadap pil kombinasi, namun pil mini diperkirakan mempunyai banyak manfaat kesehatan non-kontrasepsi seperti yang terdapat pada pil kombinasi. Pada suatu derajat tertentu, kontrasepsi progestin bekerja dengan menekan
puncak siklus pertengahan hormon luteinizing dan hormon follicle-stimulating.Tambahan lagi, penggunaan progestin hanya mampu menekan proses ovulasi pada seperdua siklus saja. Selain itu, pil mini juga mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara seperti :
Kontrasepsi Oral Progestin-Only (“Mini-pills”)
Progestin-only pills (POPs) seringkali dikenal sebagai mini-pill. Kontrasepsi jenis ini hanya mengandungi 35-75% kadar progestin dari kadar total yang sering didapatkan pada pil-pil kombinasi sehingga ia perlu dikonsumsi secara berterusan tanpa adanya interval “bebas pill”. Efektivitas kontrasepsi jenis ini umumnya sama dengan efektivitas pil kombinasi. Yang penting dan harus diperhatikan dalam pengunaan pil mini ini adalah ia harus diminum pada waktu yang sama setiap hari. Kegagagalan untuk patuh pada aturan ini menjelaskan tingginya angka kegagalan kontrasepsi yang pernah dilaporkan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Penggunaan kontrasespi progestin oral biasanya dihubungkan dengan timbulnya bercak-bercak atau perdarahan namun dengan efek samping yang sangat minimal.
Walaupun penelitian mengenai kontrasepsi jenis ini tidak sebanyak penelitian yang dijalankan terhadap pil kombinasi, namun pil mini diperkirakan mempunyai banyak manfaat kesehatan non-kontrasepsi seperti yang terdapat pada pil kombinasi. Pada suatu derajat tertentu, kontrasepsi progestin bekerja dengan menekan
puncak siklus pertengahan hormon luteinizing dan hormon follicle-stimulating.Tambahan lagi, penggunaan progestin hanya mampu menekan proses ovulasi pada seperdua siklus saja. Selain itu, pil mini juga mencegah terjadinya kehamilan melalui beberapa cara seperti :
- Memproduksi mukus serviks yang “hostile” – mukus seperti ini bersifat lebih lengket, lebih tebal dan jumlahnya kurang dari normal. Kondisi ini mencegah terjadinya penetrasi sperma. Beberapa penelitian melaporkan bahwa jika pengguna pil mini lupa untuk meminum obatnya sampai tiga kali berturut-turut, metode kontrasepsi lain masih belum diperlukan karena mukosa serviks menjadi sangat tebal hingga sulit dipenetrasi oleh sperma.
- Mengurangi pergerakan silia pada tuba Fallopii dan mengurangi motilitas uterus serta oviduktus, sehingga menghambat transpor ovum dan sperma.
- Mengurangi ukuran dan jumlah kalenjar endometrium, sehingga menghambat terjadinya implantasi.
- Efek pil mini dapat sangat cepat hilang
- Kurangnya resiko terjadi kehamilan ektopik (walaupun sekitar 10% kehamilan yang terjadi merupakan KET)
- Mudah digunakan karena ia diminum setiap hari tanpa ada interval bebas pil
- Lebih kebebasan untuk berhubungan intim karena pil mini tidak mengganggu hubungan seksual
- Kurangnya aliran darah menstruasiKurangnya nyeri kontraksi uterus akibat menstruasi
Walaupun penelitian mengenai pil mini tidak sebanyak pil kombinasi, manfaat kesehatan yang bersifat non-kontrasepsi pada pil mini termasuk :
- Menurunkan resiko anemia
- Mengurangi nyeri dismenoria
- Mengurangi siklus perubahan afek atau masalah sindroma premestrual
- Mengurangi resiko terjadinya tumor payudara
- Proteksi terhadap kanker endometrium
- Mengurangi nyeri akibat endometriosis
- Mengurangi kejadian PID (akibat mukosa serviks yang tebal dan impermeabel)
Namun, tidak seperti pil kombinasi, pil mini harus diminum pada waktu yang persis sama setiap harinya tanpa adanya interval bebas pil. Hal ini merupakan kekurangan dari penggunaan pil ini. Dibawah ini dicantumkan beberapa kekurangan dan resiko yang dihubungkan dengan penggunaan pil mini :
- Kista ovarium fungsional lebih sering ditemukan pada pengguna pil mini dibandingkan dengan pengguna pil kombinasi
- Kehamilan (jika kontrasepsi gagal) yang terjadi lebih sering merupakan kehamilan ektopik (terutama pada pasien dengan berat badan tinggi karena angka kegagalan kontrasepsi adalah lebih tinggi)
- Semua metode kontrasepsi progestin dihubungkan dengan perdarahan ireguler
- Perdarahan atau bercak perdarahan terjadi pada 10-25% pengguna pil mini yang menghentikan penggunaan pada tahun-tahun pertama
- Perdarahan atau bercak perdarahan terjadi lebih lama pada penggunaan pil mini dibandingkan dengan pil kombinasi
- Efek samping minor, termasuk peningkatan berat badan, nyeri kepala, payudara terasa lembek dan mual. Selain itu kadang timbul efek samping androgenik seperti jerawatan atau hirsutisme
- Tidak adanya proteksi dari penyakit menular seksual (PMS) atau HIV
- Sangat kritis untuk minum obat pada waktu yang sama setiap harinya
- Efektivitas pil mini mungkin akan terganggu jika pasien turut minum obat lain yang menginduksi enzim hati
Walaupun pil mini aman untuk kebanyakan wanita usia reproduktif, namun tetap ada kontraindikasi absolut bagi beberapa kondisi. Akan tetapi, senarai kontra indikasinya tidaklah sebanyak seperti pada pil kombinasi.
- Hamil atau dicurigai hamil
- Ada riwayat atau sedang menderita kanker payudara
- Perdarahan genital yang tidak terdiagnosa
- Penyakit hati akut
- Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen pil mini
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika menawarkan pil mini sebagai satu metode kontrasepsi. Sebenarnya hal-hal ini umumnya kurang lebih sama seperti pada penggunaan pil kombinasi. Sebelumnya petugas kesehatan harus menanyakan tentang riwayat ginekologis calon pengguna kontrasepsi. Hal ini mencakup riwayat seksualitas, serta menilai resiko paparan terhadap penyakitpenyakit PMS. Selain itu, petugas juga harus menanyakan rencana fertilitas pasangan tersebut pada masa kini dan masa akan datang. Penting juga bagi petugas kesehatan untuk menanyakan apakah ada masalah-masalah perdarahan pervaginam
sebelumnya. Pertimbangkan juga usia calon pengguna kontrasepsi serta apakah calon ini merupakan seorang perokok atau tidak. Setelah anamnesis lengkap didapatkan, calon harus menjalani pemeriksaan dasar seperti pemeriksaan Pap’s Smear dan skrining untuk mendeteksi anemia atau kelainan lipid lainnya tergantung
indikasi. Umumnya, kandidat yang sesuai untuk menggunakan pil mini adalah wanita yang mempunyai kontraindikasi menggunakan estrogen karena pil mini mempunyai efek pembekuan yang sangat sedikit atau hampir tidak ada sama sekali. Selain itu, pil mini sesuai bagi wanita usia 35 atau 40 tahun yang tidak sesuai menjadi calon pengguna pil kombinasi seperti wanita perokok, adanya faktor resiko penyakit kardiovaskuler, obese dengan faktor-faktor resikonya, menderita migrain, dan menderita kelainan sel darah. Harus diingat juga bahwa pil mini sesuai bagi wanita yang menyusui. Ini karena pil mimi tidak mempunyai efek terhadap produksi air susu. Wanita yang mengalami masalah dengan penggunaan pil kombinasi boleh menggunakan pil mini sebagai alternatif. Masalah tersebut termasuklah nyeri kepala, penurunan libido, payudara terasa lembek, sering mengalami mual atau rasa tidak enak pada saluran pencernaan. Sebaliknya, kriteria wanita-wanita yang tidak sesuai menggunakan pil mini adalah wanita yang sedang dalam pengobatan dengan obat-obatan penginduksi enzim seperti fenitoin, barbiturat atau karbamazepin, karena adanya resiko yang signifikan terjadinya penurunan efektifitas obat kontrasepsi. Wanita yang tidak mampu mengikuti aturan minum obat tepat waktu juga merupakan kandidat yang buruk bagi penggunaan pil kombinasi. Wanita obese (melebihi 160 paun) mungkin tidak sesuai menggunakan pil mini, begitu juga wanita yang lebih tua dari 40 tahun karena mereka memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah.
Suntikan Progestin Jangka Panjang (Depo-Provera®)
Depo-Provera® (depot-medroxyprogesterone-acetate [DMPA]) merupakan agen kontrasepsi yang sangat efektif. Sejak pertama kali diperkenalkan di pasaran dunia pada tahun 1960an, DMPA telah digunakan dalam pelbagai bentuk varietas kondisi ginekologis termasuk endometriosis dan perdarahan menstruasi abnormal. Selama bertahun-tahun, DMPA juga digunakan secara generik sebagai salah satu agen kontrasepsi, terutama bagi pasien yang tidak sesuai untuk menggunakan kontrasepsi oral. Pada tahun 1992, Food and Drug Administration (FDA) meluluskan DMPA untuk dipasarkan sebagai salah satu agen kontrasepsi.
indikasi. Umumnya, kandidat yang sesuai untuk menggunakan pil mini adalah wanita yang mempunyai kontraindikasi menggunakan estrogen karena pil mini mempunyai efek pembekuan yang sangat sedikit atau hampir tidak ada sama sekali. Selain itu, pil mini sesuai bagi wanita usia 35 atau 40 tahun yang tidak sesuai menjadi calon pengguna pil kombinasi seperti wanita perokok, adanya faktor resiko penyakit kardiovaskuler, obese dengan faktor-faktor resikonya, menderita migrain, dan menderita kelainan sel darah. Harus diingat juga bahwa pil mini sesuai bagi wanita yang menyusui. Ini karena pil mimi tidak mempunyai efek terhadap produksi air susu. Wanita yang mengalami masalah dengan penggunaan pil kombinasi boleh menggunakan pil mini sebagai alternatif. Masalah tersebut termasuklah nyeri kepala, penurunan libido, payudara terasa lembek, sering mengalami mual atau rasa tidak enak pada saluran pencernaan. Sebaliknya, kriteria wanita-wanita yang tidak sesuai menggunakan pil mini adalah wanita yang sedang dalam pengobatan dengan obat-obatan penginduksi enzim seperti fenitoin, barbiturat atau karbamazepin, karena adanya resiko yang signifikan terjadinya penurunan efektifitas obat kontrasepsi. Wanita yang tidak mampu mengikuti aturan minum obat tepat waktu juga merupakan kandidat yang buruk bagi penggunaan pil kombinasi. Wanita obese (melebihi 160 paun) mungkin tidak sesuai menggunakan pil mini, begitu juga wanita yang lebih tua dari 40 tahun karena mereka memiliki tingkat kesuburan yang lebih rendah.
Suntikan Progestin Jangka Panjang (Depo-Provera®)
Depo-Provera® (depot-medroxyprogesterone-acetate [DMPA]) merupakan agen kontrasepsi yang sangat efektif. Sejak pertama kali diperkenalkan di pasaran dunia pada tahun 1960an, DMPA telah digunakan dalam pelbagai bentuk varietas kondisi ginekologis termasuk endometriosis dan perdarahan menstruasi abnormal. Selama bertahun-tahun, DMPA juga digunakan secara generik sebagai salah satu agen kontrasepsi, terutama bagi pasien yang tidak sesuai untuk menggunakan kontrasepsi oral. Pada tahun 1992, Food and Drug Administration (FDA) meluluskan DMPA untuk dipasarkan sebagai salah satu agen kontrasepsi.
Pada bulan Desember 2004, depo-subQ provera 104™, (depo-subQ), suatu medroxyprogesterone-acetate dengan formulasi baru, diluluskan oleh FDA sebagai salah satu alternatif kontrasepsi. Ini diikuti dengan kelulusan FDA terhadap efek depo-subQ sebagai salah satu metode pengobatan nyeri akibat endometriosis. DeposubQ disuntikkan secara subkutan dan menggunakan jarum suntik yang lebih halus dibandingkan dari (Gambar 1). Metode kontrasepsi ini datang dalam bentuk paket berisikan DMPA dan depo-subQ termasuk peringatan “black box” mengenai resiko kemungkinan terjadinya penurunan densitas tulang. Kedua-dua formulasi ini harus digunakan sebagai metode kontrasepsi jangka panjang (yaitu, lebih dari 2 tahun) hanya jika metode kontrasepsi lain tidak adekuat.
Tidak seperti kebanyakan progestin yang digunakan dalam pil kontrasepsi oral, medroxyprogesteroneacetate (MPA) merupakan turunan dari progesterone, bukan testosterone. MPA merupakan komponen 17-acetoxyprogesterone dan merupakan satu-satunya progestin turunan progesterone yang digunakan sebagai agen kontrasepsi. MPA tidak memiliki aktivitas androgenik dan pertama kali digunakan dalam kontrasepsi oral lebih 30 tahun yang lalu. Perannya pada waktu itu hanya sebatas sebagai pengobatan bagi endometriosis. MPA adalah 17-acetoxy-6-methyl progestin yang memiliki aktivitas progestogenic pada manusia. Terdapat tiga mekanisme utama yang membuatkan injeksi MPA (iMPA) menjadi salah satu metode kontrasepsi reversibel paling efektif yang tersedia saat ini.
Tidak seperti kebanyakan progestin yang digunakan dalam pil kontrasepsi oral, medroxyprogesteroneacetate (MPA) merupakan turunan dari progesterone, bukan testosterone. MPA merupakan komponen 17-acetoxyprogesterone dan merupakan satu-satunya progestin turunan progesterone yang digunakan sebagai agen kontrasepsi. MPA tidak memiliki aktivitas androgenik dan pertama kali digunakan dalam kontrasepsi oral lebih 30 tahun yang lalu. Perannya pada waktu itu hanya sebatas sebagai pengobatan bagi endometriosis. MPA adalah 17-acetoxy-6-methyl progestin yang memiliki aktivitas progestogenic pada manusia. Terdapat tiga mekanisme utama yang membuatkan injeksi MPA (iMPA) menjadi salah satu metode kontrasepsi reversibel paling efektif yang tersedia saat ini.
- Ovulasi: supresi hipothalamus dan inhibisi proses ovulasi merupakan mekanisme utama MPA
- Mukus serviks: MPA menyebabkan mukus menjadi lebih lengket, lebih tebal dan mengurangi jumlah mukus serviks; sehingga menghambat penetrasi sperma. Dengan ini sperma sulit untuk mencapai oviduktus dan
- memfertilisasi ovum
- Endometrium : MPA menipiskan dan memyebabkan atrofi endometrium. Ini karena endometrium tidak menghasilkan glikogen yang cukup untuk menutrisi blastokista yang memasuki kavitas endometrium.
Supresi konsentrasi estradiol dan kemungkinan efek langsung dari depo-subQ pada lesi endometriosis (menyebabkan penipisan dan atrofi endometrium) tampaknya merupakan faktor yang menimbulkan efek terapeutik terhadap nyeri yang ditimbulkan oleh endometriosis.
Pada percobaan klinis yang dijalankan oleh WHO, tingkat kehamilan dalam periode 1 tahun penggunaan DMPA hanya sebesar 0.1% dan kadar kumulatif 2 tahun hanya sebesar 0.4%. dengan penggunaan yang benar, kadar kegagalan kehamilan hanya sebesar 0.3% sedangkan kegagalan penggunaan tipikal hanya sebesar 3%. Penyesuaian dosis obat dengan berat badan tidak perlu dilakukan. Ketika depo-subQ diinjeksikan sebagai agen kontrasepsi, tidak ada kehamilan yang dideteksi dalam 2042 wanita yang menggunakan depo-subQ selama 1 tahun.
Pada percobaan klinis yang dijalankan oleh WHO, tingkat kehamilan dalam periode 1 tahun penggunaan DMPA hanya sebesar 0.1% dan kadar kumulatif 2 tahun hanya sebesar 0.4%. dengan penggunaan yang benar, kadar kegagalan kehamilan hanya sebesar 0.3% sedangkan kegagalan penggunaan tipikal hanya sebesar 3%. Penyesuaian dosis obat dengan berat badan tidak perlu dilakukan. Ketika depo-subQ diinjeksikan sebagai agen kontrasepsi, tidak ada kehamilan yang dideteksi dalam 2042 wanita yang menggunakan depo-subQ selama 1 tahun.
Dalam suatu penelitian untuk pengobatan endometriosis yang dijalankan selama 18 bulan, depo-subQ yang diberikan setiap 3 bulan secara statistik sama dengan leuprolide yang diberikan setiap 3 bulan bagi semua kategori nyeri akibat endometriosis (seperti nyeri panggul, rasa lembek pada panggul, dismenorea, dispareunea, dan pengerasan/penebalan jaringan). DMPA dan depo-subQ memiliki banyak kelebihan, antaranya :
- Penyuntikan hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali. Depo-subQ disuntik secara subkutan, tidak secara intramuskuler
- Metode yang sangat efektif
- Lebih privasi
- Dapat digunakan oleh wanita menyusui setelah 6 minggu pasca melahirkanTingkat keberhasilan tidak tergantung berat badan
Selain itu, DMPA juga memiliki efek non-kontrasepsi yang memberi manfaat bagi pemakainya. Kontrasepsi DMPA mengurangi perdarahan hingga kadang terjadi amenorea sehingga mengurangi angka kejadian anemia. DMPA juga mengurangi rasa nyeri akibat menstruasi, mengurangi perubahan bersiklus perubahan afek, mengurangi resiko kanker endometrium dan kanker ovarium, mengurangi resiko infeksi pelvik dan mengurangi resiko terjadinya kehamilan ektopik. Namun kadang terdapat beberapa kekurangan dari kontrasepsi jenis ini.
Kadang dapat sering terjadi episode perdarahan yang tidak disangka-sangka dan ireguler. Seringnya timbul amenorea kadang tidak disenangi oleh wanita yang lebih nyaman dengan adanya menstruasi sebagai tanda tidak adanya kehamilan. 50% amenorea terjadi setelah 1 tahun pemakaian dan 72% terjadi petelah pemakaian selama 2 tahun. Pengguna DMPA harus selalu ingat bahwa mereka memerlukan suntikan setiap 3 bulan. Kadang ada pengguna yang melupakan jadwal suntikan sehingga terjadi kegagalan kontrasepsi. Dengan menggunakan DMPA, kesuburan lambat didapatkan kembali. Keterlambatan minimal selama 3 bulan dan sering berlanjut sampai jangka waktu 10 bulan. Kadang terjadi juga peningkatan berat badan bagi pengguna DMPA, dan ini dihubungkan dengan peningkatan selera makan; bukan akibat efek langsung DMPA. Yang paling disayangkan, DMPA tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual dan HIV. Suntikan juga kadang menimbulkan reaksi pada lokasi injeksi.
Kadang dapat sering terjadi episode perdarahan yang tidak disangka-sangka dan ireguler. Seringnya timbul amenorea kadang tidak disenangi oleh wanita yang lebih nyaman dengan adanya menstruasi sebagai tanda tidak adanya kehamilan. 50% amenorea terjadi setelah 1 tahun pemakaian dan 72% terjadi petelah pemakaian selama 2 tahun. Pengguna DMPA harus selalu ingat bahwa mereka memerlukan suntikan setiap 3 bulan. Kadang ada pengguna yang melupakan jadwal suntikan sehingga terjadi kegagalan kontrasepsi. Dengan menggunakan DMPA, kesuburan lambat didapatkan kembali. Keterlambatan minimal selama 3 bulan dan sering berlanjut sampai jangka waktu 10 bulan. Kadang terjadi juga peningkatan berat badan bagi pengguna DMPA, dan ini dihubungkan dengan peningkatan selera makan; bukan akibat efek langsung DMPA. Yang paling disayangkan, DMPA tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual dan HIV. Suntikan juga kadang menimbulkan reaksi pada lokasi injeksi.
Efek samping yang paling sering didapatkan adalah gangguan perdarahan, termasuk perdarahan yang bersifat ireguler, banyak, dan kadang sering sampai amenorea. Kadang juga muncul gejala-gejala pada payudara seperti rasa lunak pada payudara atau galaktorea. Selain itu, 9% pengguna DMPA juga melaporkan keluhan nyeri kepala. DMPA juga terbukti mempengaruhi siklus perubahan mood yang dialami oleh wanita tiap bulannya. Laporan terbaru mencantumkan depresi sebagai salah satu efek samping DMPA, namun dalam penelitian non-ilmiah yang dijalankan oleh produsen pemasaran DMPA, angka kejadian depresi adalah kurang dari 5% dari semua pengguna kontrasepsi suntikan ini. Efek samping nonkontrasepsi yang dilaporkan dari penggunaan DMPA adalah mual, timbulnya reaksi alergik di tempat penyuntikan, perubahan pada servik seperti terjadi erosi serviks dan gangguan sekresi serviks, timbulnya jerawat dan peningkatan berat badan.
untuk lebih lengkapnya silahkan DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment