Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini juga dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahirterlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
Faktor resiko untuk terjadi robekan perineum ialah pada nulliparitas, berat janin lebih dari 4000 gram, dan persalinan pervaginam memakai alat. Resiko dari robekan perineum dapat dikurangi dengan proteksi perineum yang adekuat atau sokongan sebelum melahirkan kepala bayi. Robekan spontan biasa terjadi pada wanita primipara dengan pengalaman kala II yang terlalu cepat sehingga tidak ada kesempatan untuk distensi dan relaksasi dasar panggul atau kala II memanjang dengan edema perineal.
Anatomi Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu : m.puborektalis, m.pubokoksigis, dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.
Perineum berbatas sebagai berikut :
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah.
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan.
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang.
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah.
Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
ketiga adalah n. dorsalis klitoris.Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a. hemorrhoidalis inferior, a. perinealis dan a. dorsalis klitoris.
Ruptur perineum tingkat II, robekan tidak hanya pada mukosa vagina tetapi juga mengenai otot bulbocavernosus yang merupakan otot yang membentuk badan perineum, dan cincin hymen.
Ruptur perineum tingkat III, ruptur mengenai sfinkter ani eksternal dan interna (sfingter ani kompleks)
III a : robekan < 50 % sphincter ani eksterna
III b : robekan > 50 % sphincter ani eksterna
III c : robekan juga meliputi sphincter ani interna
Ruptur perineum tingkat IV, robekan hingga ke mukosa rektum.
E. Diagnosis
Diagnosis robekan perineum dibuat berdasarkan :
1. Pemeriksaan rutin
Hampir seluruh klinisi memeriksa daerah perineum dan periurethral setelah proses persalinan untuk mendeteksi robekan yang dapat muncul. Beberapa klinisi juga merekomendasikan setelah semua persalinan, diikuti dengan pemeriksaan rutin rektal dan inspeksi dinding vagina dan serviks. Pemeriksaan rutin rektal bertujuan mendeteksi defek pada mukosa rektum, sphincter rektal, dan perineum dengan memasukkan satu jari ke dalam rektum.
2. Peri-rule
Merupakan alat standar untuk menilai robekan perineum stadium dua secara objektif yang terbuat dari plastik berskala .
3. USG Endo Anal
Merupakan alat radiologi menggunakan gelombang yang sifatnya invasif dan mahal serta dibutuhkan keahlian khusus. USG Endo Anal ini kadang overdiagnosis dikarenakan USG (+) namun secara klinis (-).
Untuk lebih lengkapnya silahkan Download
Perineum berbatas sebagai berikut :
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah.
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan.
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang.
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah.
Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
- Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m. sfingter ani eksterna yang melingkari anus.
- Regio urogenitalis. Disini terdapat m. bulbokavernosus, m. transversus perinealis superfisialis dan m. iskiokavernosus.
ketiga adalah n. dorsalis klitoris.Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a. hemorrhoidalis inferior, a. perinealis dan a. dorsalis klitoris.
Definisi
Ruptur perineum merupakan robekan obstetrik yang terjadi pada daerah perineum sebagai akibat ketidakmampuan otot dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi lahirnya fetus.
Klasifikasi
Klasifikasi ruptur perineum dibuat berdasarkan kedalaman dan struktur yang terkena,yaitu :
Ruptur perineum tingkat I, mukosa vagina dan kulit perineum robek tetapi otot perineal masih intak. Ruptur perineum tingkat III, ruptur mengenai sfinkter ani eksternal dan interna (sfingter ani kompleks)
III a : robekan < 50 % sphincter ani eksterna
III b : robekan > 50 % sphincter ani eksterna
III c : robekan juga meliputi sphincter ani interna
Ruptur perineum tingkat IV, robekan hingga ke mukosa rektum.
E. Diagnosis
Diagnosis robekan perineum dibuat berdasarkan :
1. Pemeriksaan rutin
Hampir seluruh klinisi memeriksa daerah perineum dan periurethral setelah proses persalinan untuk mendeteksi robekan yang dapat muncul. Beberapa klinisi juga merekomendasikan setelah semua persalinan, diikuti dengan pemeriksaan rutin rektal dan inspeksi dinding vagina dan serviks. Pemeriksaan rutin rektal bertujuan mendeteksi defek pada mukosa rektum, sphincter rektal, dan perineum dengan memasukkan satu jari ke dalam rektum.
2. Peri-rule
Merupakan alat standar untuk menilai robekan perineum stadium dua secara objektif yang terbuat dari plastik berskala .
3. USG Endo Anal
Merupakan alat radiologi menggunakan gelombang yang sifatnya invasif dan mahal serta dibutuhkan keahlian khusus. USG Endo Anal ini kadang overdiagnosis dikarenakan USG (+) namun secara klinis (-).
Untuk lebih lengkapnya silahkan Download
No comments:
Post a Comment