Thursday, May 6, 2010

RUPTUR PERINEUM

Pendahuluan
        Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.  Robekan ini juga dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada  dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
       Robekan perineum umumnya terjadi di  garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahirterlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
       Faktor resiko untuk terjadi robekan perineum ialah pada nulliparitas, berat janin lebih dari 4000 gram, dan persalinan pervaginam memakai alat. Resiko dari robekan perineum dapat dikurangi dengan  proteksi perineum yang adekuat atau sokongan sebelum melahirkan kepala bayi. Robekan spontan biasa terjadi pada wanita primipara dengan pengalaman kala II yang terlalu cepat sehingga tidak ada kesempatan untuk distensi dan relaksasi  dasar panggul atau kala II memanjang dengan edema perineal.
Anatomi 
       Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul, terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri  dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma pelvis. Diafragma urogenitalis terletak menyilang arkus pubis diatas fascia superfisialis perinei dan terdiri dari otot-otot transversus perinealis profunda. Diafragma pelvis dibentuk oleh otot-otot koksigis dan levator ani yang terdiri dari 3 otot penting yaitu : m.puborektalis, m.pubokoksigis, dan m.iliokoksigis. Susunan otot tersebut merupakan penyangga dari struktur pelvis, diantaranya lewat urethra, vagina dan rektum.
Perineum berbatas sebagai berikut : 
1. Ligamentum arkuata dibagian depan tengah. 
2. Arkus iskiopubik dan tuber iskii dibagian lateral depan. 
3. Ligamentum sakrotuberosum dibagian lateral belakang. 
4. Tulang koksigis dibagian belakang tengah. 
Daerah perineum terdiri dari 2 bagian, yaitu :
  1. Regio anal disebelah belakang. Disini terdapat m. sfingter ani eksterna yang melingkari anus.  
  2. Regio urogenitalis. Disini terdapat m. bulbokavernosus, m. transversus perinealis superfisialis dan m. iskiokavernosus.  
Corpus perineal merupakan struktur  perineum yang terdiri dari tendon dan sebagai tempat bertemunya serabut-serabut otot tersebut diatas. Persyarafan perineum berasal dari segmen sakral 2,3,4 dari sumsum tulang belakang (spinal cord) yang bergabung membentuk nervus pudendus. Syaraf ini meninggalkan pelvis melalui foramen sciatic mayor dan melalui lateral ligamentum sakrospinosum, kembali memasuki pelvis melalui foramen sciatic minor dan kemudian lewat sepanjang dinding samping fossa iliorektal dalam suatu ruang fasial yang disebut kanalis Alcock. Begitu memasuki kanalis Alcock, n. pudendus terbagi menjadi 3 bagian / cabang utama, yaitu: n.  hemorrhoidalis inferior diregio anal, n. perinealis yang juga membagi diri menjadi  n. labialis posterior dan n. perinealis profunda ke bagian anterior dari dasar pelvis dan diafragma urogenital; dan cabang
ketiga adalah n. dorsalis klitoris.Perdarahan ke perineum sama dengan perjalanan syaraf yaitu berasal dari arteri pudenda interna yang  juga melalui kanalis Alcock dan terbagi menjadi a. hemorrhoidalis inferior, a. perinealis dan a. dorsalis klitoris.
Definisi
Ruptur perineum merupakan robekan  obstetrik yang terjadi pada daerah perineum sebagai akibat ketidakmampuan  otot dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi lahirnya fetus.
Klasifikasi  
Klasifikasi ruptur perineum dibuat berdasarkan kedalaman dan struktur yang terkena,yaitu :
Ruptur perineum tingkat I, mukosa vagina dan kulit perineum robek tetapi otot perineal masih intak.

Ruptur perineum tingkat II, robekan tidak hanya pada mukosa vagina tetapi juga mengenai otot bulbocavernosus yang merupakan otot yang membentuk badan perineum, dan cincin hymen.

Ruptur perineum tingkat III, ruptur mengenai sfinkter ani eksternal dan interna (sfingter ani kompleks)
III a : robekan < 50 % sphincter ani eksterna
III b : robekan > 50 % sphincter ani eksterna
III c : robekan juga meliputi sphincter ani interna
Ruptur perineum tingkat IV, robekan hingga  ke mukosa rektum.
E.  Diagnosis 
  Diagnosis robekan perineum dibuat berdasarkan :
1.  Pemeriksaan rutin 
        Hampir seluruh klinisi memeriksa daerah perineum dan  periurethral setelah proses persalinan untuk mendeteksi robekan yang dapat muncul. Beberapa klinisi juga merekomendasikan setelah semua persalinan, diikuti dengan pemeriksaan rutin rektal dan inspeksi  dinding vagina dan serviks. Pemeriksaan rutin rektal bertujuan mendeteksi defek pada mukosa rektum, sphincter rektal, dan perineum dengan memasukkan satu jari ke dalam rektum.
2.  Peri-rule
Merupakan alat standar untuk menilai robekan perineum stadium dua secara objektif yang terbuat dari plastik berskala .
3.  USG Endo Anal
Merupakan alat radiologi menggunakan gelombang yang sifatnya invasif dan mahal serta dibutuhkan keahlian khusus. USG Endo Anal ini kadang overdiagnosis dikarenakan USG (+) namun secara klinis (-).
Untuk lebih lengkapnya silahkan Download

No comments:

Post a Comment