Tuesday, February 2, 2010

KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

Pendahuluan 
    Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya  kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontarsepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek samping minimal. Berhasil tidaknya sesuatu cara bergantung kepada apakah sel mani (sperma) dapat dicegah dilumpuhkan-dimatikan supaya tidak memasuki arena fertilitas, atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak dapat bertemu dengan sel mani.
Dalam mempelajari kontrasepsi, pengetahuan tentang bagaimana terjadinya kehamilan dan cara kerja kontrasepsi harus dipahami benar-benar, misalnya :
  • Jangan menumpahkan sel mani ke dalam vagina pada cara abstinensia  dan koitus interuptus
  • Mengelakkan masa subur wanita dengan system kalender
  • Menutup mulut rahim untuk menghalangi masuknya sperma ke dalam  rahim dan saluran telur misalnya pada diafragma, cervical cap( Dutch cap)
  • Mematikan sperma dalam vagina dengan spermisida
  • Mencegah konsepsi atau nidasi dengan IUD
  • Menekan atau melumpuhkan sel mani dengan pil KB pria
  • Menekan ovulasi sehingga sel telur tidak keluar dengan kontrasepsi  hormonal
  • Memotong, mengikat atau menjepit saluran telur dan saluran sperma dengan kontrasepsi mantap 
Di dalam bab ini akan diuraikan secara singkat beberapa cara kontrasepsi pasca persalinan sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara kontrasepsi yang akan dibicarakan ialah MAL (Metode Amenorea Laktasi), Kontrasepsi kombinasi, kontrasepsi progestin, AKDR, kondom/spermisid, diafragma, KB alamiah, koitus interuptus, kontrasepsi mantap (Tubektomi), Vasektomi.
Fisiologi haid
Ciri khas kedewasaan manusia ialah adanya perubahan – perubahan siklik pada alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Hal ini adalah suatu proses yang kompleks dan harmonis meliputi serebrum, hipotalamus, hipofisis, alat-alat genital, korteks adrenal, glandula tiroidea, dan kelenjar- kelenjar lain yang kini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara hal tersebut diatas. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi :
1.  Fase follikuler 
2.  Fase Luteal 
       Tidak lama sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berahir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya  estrogen meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan  umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24  jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus.  LH-surge  yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah LH-surge.
     Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi  korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi  puncaknya pada hari 8 – 9 setelah ovulasi .  Luteinized granulose cells  dalam korpus luteum membuat progesterone banyak, dan  luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10 – 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.
Kontrasepsi Pasca Persalinan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya   kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontarsepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Pada umumnya klien pasca persalinan ingin menunda kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin tambahan anak lagi. Konseling tentang keluarga berencana atau metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan.
Klien pasca persalinan yang dianjurkan :
  • Memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
  • Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. 
  • Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi. 
  • Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi. 
Metode kontrasepsi pasca persalinan
A.  Metode amenorea laktasi (MAL)
Mal adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh dan lebih efektif bila pemberian ≥ 8x sehari sampai 6 bulan, belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
•  Cara kerja : penundaan/penekanan ovulasi
•  Keuntungan kontrasepsi :
  • Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan  pascapersalinan Segera efektif 
  • Tidak mengganggu senggama 
  • Tidak ada efek samping secara sistemik 
  • Tidak perlu pengawasan medis 
  • Tidak perlu obat atau alat 
  • Tanpa biaya
•  Keuntungan non kontrasepsi
       Untuk bayi :
  • Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi  perlindungan lewat ASI) 
  • Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk  tumbuh kembang bayi yang optimal
    Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula, atai alat minum yang  dipakai.
 Untuk ibu :
  • Mengurangi pendarahan pascaapersalinan 
  • Mengurangi risiko anemia
  • Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi
•  Keterbatasan
  • Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan 
  • Mungkin sulit dilaksanankan karena kondisi social
    Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
    Tidak melindungi terhadap infeksi menular sexual (IMS)  termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS  
Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan. Sebaliknya yang seharusnya tidak menggunakan MAL adalah klien yang sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
B.  Kontrasepsi kombinasi (hormone estrogen dan progesteron)
Bentuk pemberian kontrasepsi kombinasi dapat berbentuk tablet atau drags dan berupa depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya  dikemas dalam satu kotak yang berisis 21 atau 22 tablet, dan sebagian kecil  berisi 28 tablet. Minipil digunakan tanpa masa istrahat yang terdiri dari 35  tablet. Sediaan depo injeksi dapat berupa injeksi mikro kristalin (depoprovera) atau cairan minyak dari asam lemak sterioid ester. Sediaan estrogen – gestagen dibagi menjadi kombinasi monofasik, bertingkat, dan sekuensial bifasik.
Pil kombinasi
      Adalah pil kontrasepsi yang berisi estrogen maupun progesterone. Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08 dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik pembuatnya.
 Cara kerja :
  • Menekan sekresi gonadotropin dari hipofise secara terus – menerus, sehingga tidak terjadi ovulasi.
  • Merubah konsistensi  lendir serviks menjadi tebal  dan kental, sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit, atau tidak mungkin sama sekali. 
  • Merubah peristaltik tuba dan rahim, sehingga mengganggu motilitas tuba untuk ovum dan transportasi sperma. Menimbulkan perubahan pada endometrium, sehingga tidak memungkinkan terjadinya nidasi 
  • Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-rangsangan gonadotropin.
Manfaat : 
  • Memiliki efektivitas yang tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya 
  • Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan kembali dengan cepat 
  • Tidak mengganggu hubungan seksual
    Resiko terhadap kesehatan sangat kecil  
  • Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid 
  • Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan 
  • Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause 
  • Mudah dihentikan setiap saat 
  • Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat 
  • Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker ovarium 
Kekurangan :
  • Pil harus dimakan setiap hari, kurang cocok bagi wanita yang pelupa 
  • Mual, terutama pada 3 bulan pertama 
  • Perdarah bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama 
  • Pusing, nyeri payudara, berat badan naik sedikit 
  • Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI) 
  • Meningkatkan tekanan darah, retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat 
  • Tidak mencegah IMS
Yang dapat menggunakan pil kombinasi :
  • Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak 
  • Gemuk atau kurus 
  • Setelah melahirkan dan tidak menyusui 
  • Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut 
  • Pascakeguguran, anemia, nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur
  • Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, DM tanpa komplikasi, penyakit tiroid, penyakit radang panggul dll 
  • Varises vena
Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi :
  • Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif
  • Perdarahan pervaginam yang belum diketahui
  • Penyakit hati akut
  • Perokok usia > 35 tahun
  • Riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah > 180/110 mmhg, riwayat gangguan pembekuan darah atau DM > 20 tahun, kanker payudara, migraine dan gejala neurologi fokal 
  • Tidak dapat menggunakan pil secara teratur.
Waktu mulai menggunakan pil kombinasi :
  • Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
  • Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
  • Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket  pil tersebut habis 
Setelah melahirkan : 
o  Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
o  Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
o  Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) 
  • Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan  ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
..............untuk lebih lengkapnya silahkan Download

No comments:

Post a Comment