I. PENDAHULUAN
Gizi buruk atau yang disebut juga malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang dan mendapat perhatian internasional. Keadaan ini mempengaruhi seluruh tingkatan usia kehidupan, mulai dari pertumbuhan janin, bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Malnutrisi pada ibu hamil masih sering ditemukan di seluruh dunia, terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Ibu hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak yang akan dilahirkan. Malnutrisi pada ibu hamil menyebabkan komplikasi terhadap pertumbuhan janin dan menimbulkan berbagai penyulit pada persalinan.
II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI Insiden terjadinya malnutrisi pada wanita hamil sampai saat ini adalah mencapai 30% dari kesuluruhan populasi dunia. Dari studi penelitian yang dilakukan pada 1387 wanita hamil (sebanyak 910 wanita hamil di wilayah perkotaan dan 477 wanita hamil di wilayah pedesaan), berdasarkan indeks antropometri dari berat badan dan tinggi badan atau indeks massa tubuh ditemukan lebih banyak ibu hamil menderita gizi buruk di daerah pedesaan dibanding wanita hamil yang tinggal didaerah perkotaan. Hal ini disebabkanoleh faktor predisposisi seperti usia, tingkat pendidikan, paritas dan jarak kehamilan. Pendidikan kesehatan masyarakat di Canada (tahun 1998-1999) melaporkan bahwa wanita hamil yang berasal dari keluarga yang berpendapatan rendah memiliki kesulitan untuk mendapatkan gizi yang baik dan seimbang.
Data dari Departemen kesehatan RI tahun 1996, menunjukkan masalah gizi pada ibu hamil yang terbanyak adalah Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi. Data tersebut menyimpulkan bahwa sekitar 41% ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia. Hasil penelitian Edwi Saraswati dan kawan-kawan di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23 cm mempunyai risiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai LILA lebih dari 23 cm. Hasil penelitian Jumirah dan kawan-kawan (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan antara kadar Hemoglobin (Hb) ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.
Data dari Departemen kesehatan RI tahun 1996, menunjukkan masalah gizi pada ibu hamil yang terbanyak adalah Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi. Data tersebut menyimpulkan bahwa sekitar 41% ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia. Hasil penelitian Edwi Saraswati dan kawan-kawan di Jawa Barat (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23 cm mempunyai risiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai LILA lebih dari 23 cm. Hasil penelitian Jumirah dan kawan-kawan (1999) menunujukkan bahwa ada hubungan antara kadar Hemoglobin (Hb) ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.
III. ETIOLOGI
Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung malnutrisi pada wanita hamil yang paling penting. Penyakit, khususnya penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrisi oleh tubuh. Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan dan cara pemberian makanan yang salah. Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi pada ibu hamil adalah kondisi social ekonomi rendah, tingkat pengetahuan ibu dan keluarga, pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Status social ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan bahan makanan. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan produksi bahan makanan dan persiapan makanan yang akan dikonsumsi. Pelayanan kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat diakses dengan mudah oleh ibu. Status pendidikan ibu yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizinya. Adapun penyebab yang paling dasar dan sangat berpengaruh yaitu kondisi sosial, politik dan ekonomi suatu negara.
Pada tahun 1970 National Academy of Science United Kingdom, menegaskan tentang resiko terhadap bayi bagi ibu yang membatasi pertambahan berat badan dan diet selama hamil dan menganjurkan untuk mencapai pertambahan berat badan yang optimal yakni 11 kg selama hamil. Pengaruh nutrisi pada kehamilan dan persalinan sangat penting dimana peningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil diharapkan akan mencapai usia kehamilan yang cukup bulan (aterm), tumbuh kembang janin yang baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang minimal dan pada akhirnya akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi dan sesudahnya. Ibu hamil yang menderita gizi kurang (IMT < 19,8) dengan peningkatan berat badan selama hamil yang tidak adekuat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2500 gram ).
Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung malnutrisi pada wanita hamil yang paling penting. Penyakit, khususnya penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrisi oleh tubuh. Kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan dan cara pemberian makanan yang salah. Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi pada ibu hamil adalah kondisi social ekonomi rendah, tingkat pengetahuan ibu dan keluarga, pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Status social ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan bahan makanan. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan produksi bahan makanan dan persiapan makanan yang akan dikonsumsi. Pelayanan kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat diakses dengan mudah oleh ibu. Status pendidikan ibu yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizinya. Adapun penyebab yang paling dasar dan sangat berpengaruh yaitu kondisi sosial, politik dan ekonomi suatu negara.
Pada tahun 1970 National Academy of Science United Kingdom, menegaskan tentang resiko terhadap bayi bagi ibu yang membatasi pertambahan berat badan dan diet selama hamil dan menganjurkan untuk mencapai pertambahan berat badan yang optimal yakni 11 kg selama hamil. Pengaruh nutrisi pada kehamilan dan persalinan sangat penting dimana peningkatan berat badan yang optimal dan sehat selama hamil diharapkan akan mencapai usia kehamilan yang cukup bulan (aterm), tumbuh kembang janin yang baik, komplikasi selama hamil dan persalinan yang minimal dan pada akhirnya akan menunjang kondisi ibu selama masa laktasi dan sesudahnya. Ibu hamil yang menderita gizi kurang (IMT < 19,8) dengan peningkatan berat badan selama hamil yang tidak adekuat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (< 2500 gram ).
IV. PATOGENESIS
Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan di dalam uterus. Wanita yang memasuki masa kehamilan dalam keadaan sehat, status fungsi reproduksi yang baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak bermasalah dengan status gizinya dapat melahirkan bayi yang lebih sehat.
Pertumbuhan janin merupakan hasil interaksi antara potensi genetik dan lingkungan di dalam uterus. Wanita yang memasuki masa kehamilan dalam keadaan sehat, status fungsi reproduksi yang baik, tidak menderita penyakit kronis dan tidak bermasalah dengan status gizinya dapat melahirkan bayi yang lebih sehat.
PERTUMBUHAN FETUS
Penelitian tentang hubungan antara nutrisi dengan pertumbuhan janin sangat berkembang. Hubungan antara masukan nutrisi pada makanan ibu dan efeknya terhadap janin telah dibuktikan melalui percobaan pada hewan. Korelasi antara pertumbuhan fetus dan diet ibu hamil dapat dilihat pada berat badan bayi lahir yang diteliti secara epidemiologik pada wanita-wanita dari kelompok sosial yang berbeda, dan pengamatan-pengamatan serupa selamapeperangan dan kelaparan. Pada akhir trimester pertama kehamilan, berat janin kira-kira 30 gram, dengan perbandingan kebutuhan gizi yaitu 500 miligram nitrogen, lebih dari 300 miligram kalsium dan 200 miligramg fosfor. Maksimum tingkat pertumbuhan fetus selama 32-38 minggu kehamilan adalah jika berat badan mencapai dua kali lipat. Pada wanita hamil yang sehat, terjadi peningkatan akumulasi lemak selama awal trimester pertama kehamilan dan sangat berperan dalam pertumbuhan fetus. Cadangan lemak ibu ditransfer melalui plasenta, beserta badan keton dan gliserol. Lemak, badan keton dan gliserol digunakan oleh janin sebagai bahan bakar untuk metabolisme oksidatif seperti lipogenesis. Trigliserida dalam darah ibu tidak melewati sawar plasenta, tetapi terdapat lipoprotein (sel yang peka terhadap rangsangan) pada plasenta seperti lipase dan enzim-enzim lain memungkinkan transfer trigliserida dari plasma ibu. Zat asam yang mengandung lemak bebas di dalam plasma ibu merupakan sumber penting untuk janin. Pengambilan zat-zat tersebut oleh plasenta terjadi melalui proses yang selektif.
Penelitian tentang hubungan antara nutrisi dengan pertumbuhan janin sangat berkembang. Hubungan antara masukan nutrisi pada makanan ibu dan efeknya terhadap janin telah dibuktikan melalui percobaan pada hewan. Korelasi antara pertumbuhan fetus dan diet ibu hamil dapat dilihat pada berat badan bayi lahir yang diteliti secara epidemiologik pada wanita-wanita dari kelompok sosial yang berbeda, dan pengamatan-pengamatan serupa selamapeperangan dan kelaparan. Pada akhir trimester pertama kehamilan, berat janin kira-kira 30 gram, dengan perbandingan kebutuhan gizi yaitu 500 miligram nitrogen, lebih dari 300 miligram kalsium dan 200 miligramg fosfor. Maksimum tingkat pertumbuhan fetus selama 32-38 minggu kehamilan adalah jika berat badan mencapai dua kali lipat. Pada wanita hamil yang sehat, terjadi peningkatan akumulasi lemak selama awal trimester pertama kehamilan dan sangat berperan dalam pertumbuhan fetus. Cadangan lemak ibu ditransfer melalui plasenta, beserta badan keton dan gliserol. Lemak, badan keton dan gliserol digunakan oleh janin sebagai bahan bakar untuk metabolisme oksidatif seperti lipogenesis. Trigliserida dalam darah ibu tidak melewati sawar plasenta, tetapi terdapat lipoprotein (sel yang peka terhadap rangsangan) pada plasenta seperti lipase dan enzim-enzim lain memungkinkan transfer trigliserida dari plasma ibu. Zat asam yang mengandung lemak bebas di dalam plasma ibu merupakan sumber penting untuk janin. Pengambilan zat-zat tersebut oleh plasenta terjadi melalui proses yang selektif.
KEBUTUHAN GIZI JANIN
Protein : Plasenta mengangkut protein terutama asam amino yang kemudian membentuk jaringan pada janin.
Lemak : Lebih dari 500 gram lemak tubuh janin disimpan pada bulan ke lima kehamilan, dan sekitar setengahnya antara bulan ke lima dan kedelapan.
Air : Janin terdiri atas air sekitar 94% dalam wujud selular. Distribusi air antara kompartemen cairan ekstrasel dan intrasel berhubungan dengan peningkatan massa sel tubuh total.
Karbohidrat : Janin membutuhkan 9 gram karbohidrat perhari pada trimester pertama kehamilan, dan meningkat hingga 34 gram pada trimester akhir. Konsentrasiglikogen di dalam otot rangka dan hati meningkat sepanjang trimester akhir kehamilan.
PERAN PLASENTA
Plasenta memegang peran penting dalam perpindahan zat gizi dari ibu ke janin. Selain itu, plasenta dapat menyeleksi zat yang akan ditransfer sebelum sampai ke janin. Penyediaan bahan gizi untuk pertumbuhan janin tergantung dari jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan unsur-unsur zat gizi yang diangkut oleh darah tersebut. Efisiensi plasenta, pengangkutan dan sintesis zat gizi penting dalam menentukan penyediaan zat gizi untuk janin. Faktor-faktor yang mengatur pertumbuhan fetus juga mengatur pertumbuhan plasenta. Dengan begitu, metabolisme plasenta tergantung pada kemampuan pertumbuhan janin yang tentunya berasal dari ibu yang memiliki status gizi baik. Jika ibu mengalami malnutrisi, maka dapat terjadi kelainan pada plasenta berupa kelainan vaskuler plasenta atau terjadi penurunan kemampuan transpor oleh plasenta. MEKANISME TRANSFER PLASENTA
Aliran darah janin sampai ke vili melalui kapiler yang berhubungan langsung di dalam ruang intervillous atau ruang penyaluran langsung darah ibu ke fetus. Beberapa bagian plasenta dengan aktif dilibatkan di dalam perpindahan, sintesis dan pengolahan bahan gizi di bawah pengaruh janin, ibu dan hormon plasenta. Secara relatif, molekul lemak yang larut seperti gas pernapasan dan obat-obatan dapat dengan mudah menembus selaput sel. Molekul-molekul yang larut dalam air seperti urea juga ditransfer dengan mudah melalui difusi atau osmosis. Transfer glukosa dimudahkan oleh molekul pengangkut spesifik. Kebanyakan asam amino, kalium, kalsium, dan fosfor diangkut dari ibu sampai ke janin oleh pengangkut spesifik melalui proses yang membutuhkan energi. Peningkatan aliran darah plasenta penting untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Wanita yang malnutrisi atau wanita dalam kelompok sosial ekonomi rendah memiliki berat plasenta lebih kecil dari wanita yang berasal dari kelompok sosial lebih tinggi. Plasenta wanita yang mengalami malnutrisi memiliki DNA dan protein yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sel yang berkurang di dalam plasenta wanita yang menderita malnutrisi. Secara analisis permukaan villus berkurang sehingga area transfer ibu dengan janin berkurang. Berat badan lahir bayi berhubungan dengan bobot plasenta.
NUTRISI IBU HAMIL
Selama kehamilan metabolisme ibu diatur oleh sejumlah hormon, nutrisi dan organ reproduksi khusus seperti plasenta dan duktus laktiferus. Kecukupan nutrisi tidak selalu dijumpai pada diet ibu. Perpindahan mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium melalui plasenta dan kemudian untuk persediaan laktasi. Status fisiologi organ reproduksi ibu sebelum kehamilan juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin. Telah dilakukan beberapa penelitian yang menghubungkan antara status gizi, organ reproduksi dan status sosial ekonomi. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu baik pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Ibu hamil yang menderita KEK (kurang energi kronis) dan anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan lain. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu menerima tekanan lingkungan yang baru, sehingga berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena lebih rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan banyak masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan dan mudah terkena infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan yang sulit atau lama, persalinan prematur dan pendarahan post partum.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,cacat kongenital, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Protein : Plasenta mengangkut protein terutama asam amino yang kemudian membentuk jaringan pada janin.
Lemak : Lebih dari 500 gram lemak tubuh janin disimpan pada bulan ke lima kehamilan, dan sekitar setengahnya antara bulan ke lima dan kedelapan.
Air : Janin terdiri atas air sekitar 94% dalam wujud selular. Distribusi air antara kompartemen cairan ekstrasel dan intrasel berhubungan dengan peningkatan massa sel tubuh total.
Karbohidrat : Janin membutuhkan 9 gram karbohidrat perhari pada trimester pertama kehamilan, dan meningkat hingga 34 gram pada trimester akhir. Konsentrasiglikogen di dalam otot rangka dan hati meningkat sepanjang trimester akhir kehamilan.
PERAN PLASENTA
Plasenta memegang peran penting dalam perpindahan zat gizi dari ibu ke janin. Selain itu, plasenta dapat menyeleksi zat yang akan ditransfer sebelum sampai ke janin. Penyediaan bahan gizi untuk pertumbuhan janin tergantung dari jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan unsur-unsur zat gizi yang diangkut oleh darah tersebut. Efisiensi plasenta, pengangkutan dan sintesis zat gizi penting dalam menentukan penyediaan zat gizi untuk janin. Faktor-faktor yang mengatur pertumbuhan fetus juga mengatur pertumbuhan plasenta. Dengan begitu, metabolisme plasenta tergantung pada kemampuan pertumbuhan janin yang tentunya berasal dari ibu yang memiliki status gizi baik. Jika ibu mengalami malnutrisi, maka dapat terjadi kelainan pada plasenta berupa kelainan vaskuler plasenta atau terjadi penurunan kemampuan transpor oleh plasenta. MEKANISME TRANSFER PLASENTA
Aliran darah janin sampai ke vili melalui kapiler yang berhubungan langsung di dalam ruang intervillous atau ruang penyaluran langsung darah ibu ke fetus. Beberapa bagian plasenta dengan aktif dilibatkan di dalam perpindahan, sintesis dan pengolahan bahan gizi di bawah pengaruh janin, ibu dan hormon plasenta. Secara relatif, molekul lemak yang larut seperti gas pernapasan dan obat-obatan dapat dengan mudah menembus selaput sel. Molekul-molekul yang larut dalam air seperti urea juga ditransfer dengan mudah melalui difusi atau osmosis. Transfer glukosa dimudahkan oleh molekul pengangkut spesifik. Kebanyakan asam amino, kalium, kalsium, dan fosfor diangkut dari ibu sampai ke janin oleh pengangkut spesifik melalui proses yang membutuhkan energi. Peningkatan aliran darah plasenta penting untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Wanita yang malnutrisi atau wanita dalam kelompok sosial ekonomi rendah memiliki berat plasenta lebih kecil dari wanita yang berasal dari kelompok sosial lebih tinggi. Plasenta wanita yang mengalami malnutrisi memiliki DNA dan protein yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sel yang berkurang di dalam plasenta wanita yang menderita malnutrisi. Secara analisis permukaan villus berkurang sehingga area transfer ibu dengan janin berkurang. Berat badan lahir bayi berhubungan dengan bobot plasenta.
NUTRISI IBU HAMIL
Selama kehamilan metabolisme ibu diatur oleh sejumlah hormon, nutrisi dan organ reproduksi khusus seperti plasenta dan duktus laktiferus. Kecukupan nutrisi tidak selalu dijumpai pada diet ibu. Perpindahan mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium melalui plasenta dan kemudian untuk persediaan laktasi. Status fisiologi organ reproduksi ibu sebelum kehamilan juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin. Telah dilakukan beberapa penelitian yang menghubungkan antara status gizi, organ reproduksi dan status sosial ekonomi. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu baik pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Ibu hamil yang menderita KEK (kurang energi kronis) dan anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan lain. Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu menerima tekanan lingkungan yang baru, sehingga berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena lebih rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan banyak masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia, perdarahan dan mudah terkena infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan yang sulit atau lama, persalinan prematur dan pendarahan post partum.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,cacat kongenital, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
V. GEJALA KLINIS
Gejala klinis malnutrisi pada wanita hamil sama dengan malnutrisi pada umumnya. Gejala dan tanda, jenis defisiensi nutrisi serta pengaruhnya terhadap sistem organ sebagai berikut :
Gejala klinis malnutrisi pada wanita hamil sama dengan malnutrisi pada umumnya. Gejala dan tanda, jenis defisiensi nutrisi serta pengaruhnya terhadap sistem organ sebagai berikut :